“ Saya jualan sejak tahun 1978”. Ucap Akun, membuka pembicaraan kami pagi itu. Beliau merupakan pemilik warung pangsit yang berada di Jalan Kuras III, Pekanbaru. Akun adalah penjual mie pangsit pertama di kota Pekanbaru. Sebelum berjualan di halaman Rumah Toko/ Ruko yang sekarang ditempatinya. Akun berjualan di Jalan Karet, kemudian pindah ke Jalan Junda, tepatnya di Kedai Kopi Indah Ria. “25 tahun saya berjualan di kedai Kopi Indah Ria, sebelum pindah ke sini”.
“Mie pangsit ayam dan pangsit goreng”. Dua menu ini yang saya pesan. Mie keriting dikeluarkan Akun dari wadah penyimpanannya. “Mie ini saya buat sendiri” ujarnya. Semangkuk mie pangsit Akun terdiri dari mie, pangsit, dan ayam suir. Semua bahan-bahan ini diracik sendiri oleh Akun. Dengan cekatan, tangan lelaki yang tahun ini berumur 75 tahun mempersiapkan menu pesanan saya.
Akun adalah generasi kedua dari perantau Tionghoa di kota Pekanbaru, Generasi pertama perantau Tionghoa yang masuk ke kota Pekanbaru sekitar tahun 1920-an. Beberapa perantau membawa keahlian bidang kuliner ke kota Pekanbaru. Keahlian itu adalah meracik kopi dan memasak. Ilmu ini nantinya mereka wariskan ke anak-anak mereka. Di tahun 1960-an sampai 1990-an akhir, di kota Pekanbaru terdapat restoran besar yang bernama Glass Mas. Di restoran ini, terdapat 100 menu masakan yang bisa dinikmati. Para pegawai Caltex/Chevron sekarang, pejabat-pejabat Provinsi Riau, pejabat negara yang datang ke Pekanbaru saat tu, dan Tauke-tauke merupakan pelanggan restoran ini. Pendiri Glass Mas adalah tiga orang perantau dari Tiongkok. Akun merupakan keponakan dari salah seorang pendiri rumah makan ini. Akun mendapatkan ilmu membuat mie pangsit dari generasi pertama perantau Tionghoa.
Bau harum dari kuah kaldu tercium saat mie pangsit dihidangkan. Mie pangsit Akun memiliki penyajian yang unik. Biasanya mie pangsit Tionghoa menggunakan daging merah. Akun mengganti daging merah ini menjadi daging ayam yang sudah disuir. “ Saat saya pertama kali menjual mie pangsit, orang sering mengira daging merah itu daging babi” katanya, “ Lalu, saya coba ganti dengan daging ayam yang disuir, agar pelanggan bisa menikmati mie saya.“. Para pelanggan menyukai inovasi yang dilakukan Akun, sehingga, sejak tahun 1978 hingga sekarang Akun menggunakan daging suir. Jangan khawatir, mie pangisit Akun halal. Dengan menggunakan sumpit bambu saya menarik mie dari mangkuk. “ Sluruuup”. Nikmat. Kekenyalan mie yang dibuat Akun pas, bau harum dari tepung tertangkap hidung, bau ini memancing saya untuk menarik kembali mie dari mangkuk. Rasa kuah kaldu yang ringan dan segar terasa di lidah. Mie keriting berpadu di dalam mulut dengan pangsit. Tidak ada prosesi yang rumit dalam menyiapkan semangkuk mie Akun. Sederhana namun dengan rasa yang lezat.
Es kopi dingin menjadi minuman pagi itu, ada sedikit rasa pait yang tertinggal dilidah dari kopi es racikan isteri beliau. Rasa ini seolah olah menjadi pengobat lidah setelah tanpa ampun dihajar rasa nikmat dari mie pangsit. Pasangan suami isteri ini membuka warung mereka dari pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB. Sayangnya, kedua anak mereka belum tertarik meneruskan keahlian ini. Jika anda sedang berada di Pekanbaru, cobalah nikmati semangkuk mie pangsit Akun. Cukup dengan Rp 15.000,- anda sudah bisa menikmati kuliner tempo dulu di Pekanbaru.