Hikayat Kopi Manggar

Manggar  adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur dari Pulau Belitung. Kota yang berjarak 90 km dari Ibukota Kabupaten Belitung  ini memiliki sebuah julukan yang  menarik. Julukan tersebut adalah  kota 1001 kedai kopi. Kenapa? karena di kota ini  banyak terdapat warung kopi. Sebagai contoh, di dekat pasar  saja terdapat sekitar 25 warung kopi dengan letak yang saling berhadapan  satu sama lain. Masing masing warung kopi ini memiliki jam buka yang berbeda. Ada yang buka  dari jam 4 pagi sampai sore, dan ada juga dari jam 5 sore sampai dengan jam 2 subuh,   Masing-masing warung memiliki langganan sendiri.Image

Banyak nya kedai kopi ini berawal dari kebiasaan masyarakat . Kebiasaan tersebut adalah minum kopi.  Asal muasal kebiasaan ini berawal dari para pekerja timah yang berasal dari China. Pulau Belitung yang tanah nya kaya akan timah mendorong imigrasi orang-orang Tionghoa pada saat itu untuk mengadu nasib dengan bekerja di pengolahan timah. Para imigran tersebut  membawa kebiasaan dari tanah leluhur mereka.  Salah satu kebiasaan itu adalah minum kopi. Sebelum  memulai beraktifitas di pengolahan, para pekerja terlebih dahulu minum segelas kopi. Pelan-pelan kebiasaan tersebut di ikuti oleh orang-orang Melayu yang mendiami pulau Bangka.   Kebiasaan ini terus berlanjut sampai sekarang.Image

Kopi Manggar bukan lah berasal dari kebun-kebun kopi di sini. Komposisi tanah di Manggar  yang tidak cocok untuk di tanami kopi menyebabkan mereka harus   mendatangkan kopi dari luar. Kopi tersebut berasal dari Lampung. Yang mereka kirim berjenis kopi robusta. Kopi-kopi yang di datangkan akan di olah oleh masing- masing warung. Antara warung satu dengan yang lain memiliki “bumbu rahasia” dalam pengolahan kopi tersebut. Karena beda  “bumbu”  inilah maka masing masing warung kopi memiliki pecinta kopi sendiri-sendiri.

Cara membuar kopi  Manggar ini berbeda dengan biasanya. Biasanya kopi akan di seduh langsung dengan air panas. Akan tetapi, di Manggar hal ini berbeda. Di sini,mereka membuat kopi dengan cara di saring. Terlebih dahulu kopi di masuk kan kedalam saringan yang berbentuk seperti kaus kaki, saringan ini berada di dalam sebuah ceret. Air panas akan di tuangkan kedalam ceret, Di dalam saringan yang berada di dalam ceret, kopi akan  di aduk. Air kopi yang berada di dalam ceret  selanjutnya  di pindahkan ke ceret  yang lain dan selanjutnya di saring di ceret berikut nya. Hasil  dari penyaringan tersebut berupa air kopi. Air ini  akan di pindahkan ke  dalam gelas,ini lah  segelas kopi khas Manggar. 5 gelas kopi saja yang bisa di buat dalam proses ini. Jika sudah masuk gelas ke 6  maka air yang berada di dalam ceret tersebut akan di buang, di gantikan dengan kopi yang baru. Selain itu, ceret yang berisi air kopi ini akan terus di panaskan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga agar kopi tetap panas dan cita rasa nya tidak berubah.    Image

Di Manggar, jika ingin memesan segelas kopi, kita bisa menyebutkan kopi O jika ingin kopi hitam, Dan kopi saja, jika kita ingin segelas kopi susu. Karena pengolahan kopi yang berbeda maka kopi Manggar  memiliki rasa yang unik. Tidak ada bau kopi yang “gosong”, kopi nya tidak  masam, rasa kopi yang ringan serta  tidak memiliki  sisa berupa ampas. Image

Jika ingin melihat wajah keseharian kota ini datang lah ke warung kopi. Di sini pembauran dapat dengan mudah nya kita temui. Antara Tionghoa dan pribumi, antara pejabat dan masyarakat biasa.  Semua nya berbaur  menghirup dan menyesap nikmat nya segelas kopi.  Untuk  mengetahui  perkembangan dan gosip di masyarakat di sinilah tempatnya. Semua obrolan, apa kah itu mengenai pemerintahan, birokrasi, bahkan rahasia rumah tangga. Campur baur menjadi satu di dalam gelas kopi.Image

Di antara puluhan warung kopi yang ada di sini, ada sebuah warung kopi yang selalu ramai di kunjungi. Warung kopi ini di kenal dengan nama Warung Kopi Atet. Warung kopi yang terletak di dekat pasar Manggar ini selalu  penuh. Di kelola oleh seorang Tionghoa yang bermarga Siau, dan  bernama Atet. Kedai kopi ini sudah berdiri dari tahun  1949 dan Atet adalah generasi ke tiga dalam mengelola warung ini. Dari pukul 4 pagi hingga pukul 5 sore. Lelaki yang sudah berumur 69 tahun di bantu dengan 4 asisten nya  ini  akan sibuk di  warung nya.  Selain kopi, di warung ini juga terdapat makanan ringan berupa mie dan telur rebus. Dengan Rp 4000,- kita sudah mendapatkan segelas kopi susu dan Rp 3000,- kita sudah mendapatkan segelas kopi O.

“ Ritual” dalam membuat kopi di warung Atet, sama dengan warung kopi yang lain. Namun, “bumbu” yang berbeda dan “rasa” yang berbeda sehingga para pelanggan selalu ramai berkunjung di sini.  Warung ini juga  pernah memenangi festival kopi yang di adakan oleh Pemda.Image

Atet meneruskan tradisi keluarga  sebagai seorang pedagang kopi, Ada sebuah kebanggan dari beliau, akan segelas kopi yang setiap hari di sesap dan di hirup oleh para pelanggan nya. Sama seperti masyarakat Manggar, kopi bukan lah sekedar minuman di pagi hari. Di sana ada sejarah, ada tradisi, dan ada kebanggan di dalam  segelas kopi yang mereka minum.Image

Image

Image

Image

Mengintip Ke’te’ Kesu’

 “A good traveler has no fixed plans and is not intent on arriving.”
― Lao Tzu

        Tanpa terasa, sudah 5 jam bus  berjalan. Sebenar nya, ini adalah perjalanan dengan tujuan yang salah. Berawal dari kota Makassar, tujuan awal saya adalah Tanjung Bira di Selayar, namun karena melihat billboard wisata Tanah Toraja yang menampilkan kuburan-kuburan tua, kerbau albino, dan tongkonan tua. Insting saya mengambil alih, seolah-olah berkata “ sudah, ke sini saja, lebih menantang”. Rencana awal berubah, saya beli tiket dan sekarang on the way  menuju Toraja.

         Kata kakak di sebelah saya, 3 jam lagi akan sampai di Toraja. Menuju Toraja dapat dikatakan perjalanan yang penuh adrenalin. Jalanan khas pegunungan. Dengan tikungan –tikungan rapat,tanjakan,dan papasan dengan truk-truk besar di antara tikungan tersebut semakin menambah rasa penasaran saya, seperti apakah kota ini. Pada awal nya saya masih bingung turun di mana.Karena,dari obrolan dengan para penumpang bus. Toraja sekarang sudah menjadi dua kabupaten yaitu Toraja dan Toraja Utara. Dengan masing masing ibu kota nya Makale dan Rante Pao.Image

      Karena gambar tongkonan tua yang terus di putar di kepala saya dan pertanyaan itu yang saya tanyakan, mereka menyarankan Rante Pao. Karena di Rante Pao ini terdapat beberapa tongkonan tua.

Dan. Tiba lah saya di Rante Pao, saya turun dari bis lalu mencari penginapan. Tidur adalah pilihan yang bijak karena  esok  petualangan saya dimulai.Image

       Keesokan hari, dengan menyewa motor saya pergi  ke tempat yang di kenal dengan nama Ke’te’ Kesu. Ke’te’ Kesu’ ini terletak di kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kurang lebih  empat kilometer sebelah selatan kota Rantepao. Kete Kesu adalah sebuah area di mana beberapa tongkonan berdiri berjajar, dilengkapi dengan lumbung padi (alang sura), area upacara pemakaman (rante), dan tempat pertemuan adat.

        Patokan menuju Ke’te’ Kesu’ ini mudah, dari penginapan. Saya mengikuti jalan Poros Toraja – Makassar, ke arah Makale. Begitu tiba di  persimpangan dimana ada Patung Sapi berwarna merah jambu, ambil kiri. Dan lurus saja,sampai ketemu dengan papan petunjuk lokasi Ke’te’ Kesu’  lalu belok kanan. Tibalah saya di kawasan Ke’te’ Kesu’Image

       Ke’te’ Kesu’  terkenal karena terdapat Tongkonan yang sudah berumur 400 Tahun,. Tongkonan ini merupakan peninggalan Puang Ri Kesu’. Tongkonan berfungsi sebagai tempat musyawarah, mengolah dan menetapkan aturan adat baik itu aluk maupun pamali yang di gunakan sebagai aturan hidup di Masyarat Kesu’.

     Atap di tongkonan  sudah di tumbuhi dengan tumbuhan paku dan lumut. Ornament -ornament yang ada di tongkonan sudah tidak jelas karena lapuk di makan usia. Namun tongkonan ini  masih berdiri dengan kokoh. Tongkonan  di hiasi dengan tengkorak kerbau yang menunjukkan status  mereka. Semakin banyak tengkorak maka status mereka di masyarakat semakin  tinggi. Selain Tongkonan, di kawasan ini juga terdapat lumbung  padi. Lumbung padi ini sebagian ada yang berumur sama dengan tongkonani, dan sebagian juga ada yang baru.Image

        Dari tongkonan dan lumbung padi, saya berjalan ke belakang dari kawasan ini, di sini saya melihat kuburan para bangsawan Toraja. Saya melihat kubur batu yang tinggi nya menyerupai bangunan tiga lantai. Kubur ini adalah kuburan buatan. Jika pada zaman dahulu para bangsawan di kuburkan di kubur batu yang berada di tebing- tebing batu yang berada di kawasan ini. Pada masa sekarang, ada yang ber inisiatif dengan membuat kuburan seperti rumah. Prinsip nya sama hanya berbeda “bungkus” nya saja.Image

        Selain itu,di sini  saya juga bisa melihat peti mati tua dan tengkorak para bangsawan Toraja yang di kuburkan dengan adat Toraja. Ada pemandangan unik yang saya lihat di sini, Terdapat barang barang seperti rokok, kopi, uang dan lain sebagai nya di sekitar tengkorak tersebut. Saya tidak mengerti apa fungsi nya. Tengkorak ini ada yang berada di dalam tebing dan ada juga yang berada di luar. Selain itu, saya melihat Tau-Tau. Tau-Tau adalah patung tiruan dari bangsawan yang sudah meninggal. Karena sudah sangat tua, peti mati ini lapuk sehingga ada beberapa tulang belulang yang keluar dari peti.Image

      Setelah dari  tongkonan dan kubur batu. Saya menuju bengkel kerja para perajin kerajinan Toraja. Di sini, terdapat para seniman pahat yang dengan sangat teliti dan cekatan mengerjakan kerajinan tangan. Tedong ( kerbau ), matahari, dan ayam jago adalah motif- motif pahatan  yang umum. Motif ini di warnai dengan warna merah, dan  hitam. Warna yang merupakan warna khas Toraja. Jika ingin mencari ukiran dan perlengkapan dapur seperti talenan,tatakan gelas,ukiran kayu dan lain sebagai nya. Di Ke’te’ Kesu’  kita bisa menemukannya. Dimulai dari Rp 25.000  kita  sudah bisa membawa buah tangan khas Toraja.Image

       Karena saya berada di sini sampai sore, maka saya bisa melihat kegiatan mengukir yang dilakukan oleh para pengrajin ini. Biasa nya kegiatan ini dimulai pada pukul  14.00 WITA sampai selesai.Image

      Tanpa terasa, sudah dua jam saya di kawasan ini, sungguh merupakan pengalaman yang menarik. Saat nya saya meninggalkan kawasan Ke’te’ Kesu’ ini, dan melanjutkan perjalanan menuju objek wisata yang menarik di sini.

Notes:

  1. Jika ingin ke Toraja, dari Makassar. Mennggunakan bus. Banyak terdapat operator bus menuju kawasan ini, Bintang Prima,Litta adalah beberapa operator yang melayani perjalanan dari Makassar Toraja. Dengan harga tiket dari Rp 80.000,- sampai dengan Rp 150.000, kita bisa menuju Toraja.
  2. Jika ingin mendapatkan informasi mengenai ketersediaan tiket bus. Kita bisa menelepon agen agen yang ada. Dan mereka akan dengan sigap nya memberikan informasi
  3. Banyak terdapat hotel dan guest house di kawasan ini, dimulai dengan harga Rp 100.000.
  4. Harga tiket masuk  di Ke’te’ Kesu’  Rp 10.000,-
  5. Jika kita menginap di Rante Pao, kita bisa mencari motor yang di sewakan Rp 100.000,- per hari. Ini merupakan pilihan yang sangat menarik.
  6. Membutuhkan waktu sekitar 8 jam dari Makassar menuju Toraja dan selama perjalanan kita akan di suguhi pemandangan indah. Di mulai dari Tebing-tebing batu di Kab. Maros,Pantai di Kab Baru, hingga gunung dan lembah di Kabupaten Enrekang. Dan jika  cuaca cerah. Maka kita dapat melihat Gunung Nona.Image

 

Eksotisme Pasar Terapung Lok Baintan

     Pukul 14.00 WITA, mendarat lah saya di Banjarmasin, ibukota dari Provinsi Kalimantan Selatan. Kota yang di kenal dengan julukan  kota Seribu Sungai. Setelah mengambil tas , mengisi perut yang sudah lapar, serta  mensurvei beberapa list  hotel yang ada  via telepon. Segeralah saya menuju ke kota Banjarmasin. Perjalanan dari Bandara menuju ibu kota membutuhkan waktu sekitar empat puluh menit. Karena Bandara berada pal ( dalam bahasa awam nya  di kenal dengan nama km ) 26. Serta berada di Kabupaten Banjar Baru. Sedangkan pusat kota Banjarmasin berada di pal 1.

      Kota Banjarmasin dan sekitar nya,pada saat kedatangan saya mengalami kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Di sepanjang SPBU yang berada di jalan penghubung antara Banjarbaru dan Banjarmasin, banyak di temui antrian kendaraan yang ingin mengisi bensin dan solar. Entah itu murni ingin mengisi  atau ingin menjual kembali sebagai  eceran. Hanya Tuhan yang tahu. 

            Mengambil penginapan di sekitar kawasan Jalan Ahmad Yani Pal 1. Merupakan pilihan yang tepat. Berdasarkan obrolan singkat dengan supir taksi yang mengantarkan saya. Jalan Ahmad Yani Pal 1 dekat dengan tempat makan dan juga dekat dengan Bank. Sehingga saya bisa mengambil uang, jika uang tunai  sudah menipis. Setelah meletakkan ransel dan  membersihkan badan. Saya memilih keluar dari penginapan dan  menyusuri jalan Ahmad Yani Pal 1, ternyata apa yang di katakan supir taksi tersebut benar. Terdapat  berbagai macam warung kali lima yang menjual soto Banjar, nasi kuning, haruan bakar, bahkan masakan Jawa Timur seperti soto ayam Lamongan pun ada. Setidak nya, untuk urusan “kampung tengah”  aman.Image

            Setelah makan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 Wita. Kembali ke penginapan adalah pilihan yang tepat, karena esok adalah hari yang panjang. Sebelum tidur, saya menghubungi pak Madi. Beliau adalah pemilik  klotok ( perahu bermesin ) yang siap mengantarkan saya mengunjungi obyek wisata yang terkenal di Banjarmasin. Pasar Terapung Lok Baintan. Pak Madi mengatakan saya harus sudah bangun pada pukul 04.00 Wita, karena klotok yang akan mengantarkan saya menuju pasar terapung membutuhkan waktu satu jam perjalanan dari Banjarmasin.

            Pasar Terapung Lok Baintan ini berada Sungai Lok Baintan salah satu anak sungai Martapura, dan masuk dalam wilayah Desa Sungai Pinang, Kec. Sungai Tabuk, Kab. Banjar – Kalimantan Selatan. Secara umum pasar terapung ini sama dengan pasar terapung yang berada di Kuin, Muara Sungai Barito. Namun, saat ini pasar terapung Lok Baintan lebih ramai oleh  transaksi ekonomi yang di lakukan di atas perahu. Sedangkan di  Kuin sudah terdapat pasar di darat. Sehingga transaksi ekonomi yang berlangsung di atas air. Tidak terlalu ramai.Image

            Pukul 04.00 WITA, alarm pun berbunyi. Bergegas saya mandi dan mempersiapkan tas. Mencari ojek adalah pilihan pertama . Saya harus bergegas, Karena sudah ditunggu  Pak Madi di depan pelabuhan Mesjid Raya. Selain kelangkaan BBM, saat saya datang di Banjarmasin mengalami musim hujan. Dan biasanya subuh adalah waktu hujan turun. Sehingga mencari tukang ojek pada subuh hari adalah hal yang sulit.

            Hampir pukul 05.00 Wita saya baru tiba di pelabuhan di depan mesjid Raya. Saya pun di sambut oleh senyum beliau. “Susah ya?” kata nya. Perahu yang akan menyusuri sungai sudah di siapkan oleh beliau. Naik ke perahu, mesin di hidupkan. Dimulai lah perjalanan  menyusuri Sungai Martapura. Di dalam perjalanan menuju pasar terapung,  pemandangan kehidupan di pinggir sungai sangatlah menarik. Penduduk sekitar yang mulai bangun untuk melaksanakan ibadah sholat subuh, ibu-ibu yang mendayung sampan mereka menuju Sungai lok Baintan, dan anak anak yang mandi di pinggir sungai.Image

            Pasar Lok Baintan, menjual hasil hasil bumi. Beras, sayur mayur, buah buahan, dan  jajanan pasar. Pak Madi mengatakan bahwa Januari dan Februari adalah musim durian di sini. Para penjual akan mengganti hasil bumi yang biasa mereka jual dengan durian. Perahu-perahu tersebut akan penuh oleh durian.  “ Sayang sekali sudah lewat”, ujar saya. Kapan lagi saya bisa mendapatkan durian dengan harga murah dan berpesta  di atas sungai? Harga yang di tawarkan pun tidak mahal. Mereka menjual sekitar Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000 per buahImage

            Setelah satu jam ber perahu. Tibalah saya di kawasan Lok Baintan. Pasar  ini di mulai dari pukul 06.00 WITA sampai dengan pukul 08.00 WITA. Jika barang-barang yang mereka jual tidak habis. Maka mereka akan mendayung sampan untuk kembali  ke kota. Di sana mereka menjual hasil bumi tersebut. Mayoritas penjual disini adalah  perempuan. Perempuan-perempuan perkasa ini mendayung sejak subuh  dari berbagai desa di sekitar sungai Martapura  dan menjual hasil bumi mereka di Lok Baintan. Menurut Pak Madi ada aturan tidak tertulis bagi masyarakat yang tinggal di tepi sungai ini. Para Wanita nya berjualan di pasar. Dan para lelaki nya bertani dan menjadi nelayan  di sungai. Emansipasi sudah menyentuh tepi sungai Martapura ini.

            Di sambut dengan perahu-perahu yang membawa hasil hasil bumi yang segar. Memberikan suasana tersendiri bagi saya. Perahu-perahu hilir mudik. Menawari jajanan pasar,jeruk, dan pisang. Tiba tiba muncul keinginan untuk mencoba jeruk Kalimantan yang terkenal manis itu. Cukup dengan duit Rp 10.000  lima buah jeruk Kalimantan sudah berpindah tangan. Tidak sabar saya ingin mencoba nya. Ternyata benar, jeruk nya manis dan segar. Para pedagang yang berasal dari Banjarmasin juga sering belanja di pasar ini dan di jual kembali ke Banjarmasin, saya rasa hal ini wajar. Karena hasil bumi yang mereka jual segar segar.Image

            Di sini terdapat sekitar 300 jukung atau  perahu yang setiap hari silih berganti menjajakan dagangan mereka. Pasar ini akan ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Dan unik nya lagi di pasar ini, mereka masih memakai sistem barter. Sesama pedagang menukarkan barang dagangan mereka  satu sama lainImage

            Tanpa terasa sudah pukul 08.00 WITA, dan pelan pelan. Perahu perahu yang tadi nya memadati sungai mulai berpisah satu persatu. Ada yang ke hulu dan ada juga yang ke hilir. Saya kembali menuju Banjarmasin bersama pak Amat  menuju destinasi selanjut nya.Image

 Notes:

  1. Carilah penginapan di sekitar jalan Ahmad Yani Banjarmasin. Karena di jalan ini, banyak pilihan makan nya. Rata rata penginapan di Banjarmasin Rp 160.000 kamar standar. Banyak terdapat hotel di kawasan ini. Karena Jalan Ahmad Yani ini merupakan jalan Protokol di Banjarmasin
  2. Menggunakan ojek dari hotel menuju Pelabuhan klotok di Mesjid Raya, bisa di negosiasikan. Bertanya lah dahulu sebelum hendak naik ojek. Harga ojek berkisar Rp 10.000 sampai Rp 15.000, jarak dari Jalan Ahmad Yani menuju pelabuhan mesjid raya kira kira 1 km.
  3. Untuk menuju ke pasar terapung ini, bisa lewat jalan darat. Namun jalan darat tidak di sarankan. Karena ada ruas jalan yang belum terhubung. Akan lebih menarik jika kita menggunakan Klotok dari Banjarmasin. Bisa menghubungi Pak Madi di 081348766573. Beliau pemandu klotok yang handal dan guide yang ramah. Tarif kapal klotok ini RP 250.000,-
  4. Untuk  melihat pasar ini,di karenakan pada pasar akan di mulai pada pukul 06.00 WITA, klotok akan berjalan pada pukul 05.00 WITA, maka kita harus bersiap siap pukul 04.30 WITA. Karena jika kita telat. Maka kita tidak akan mendapatkan pemandangan matahari terbit di atas sungai Martapura.
  5. Buah  buahan dan jajanan pasar yang mereka tawarkan sangat menggiurkan. Mereka tidak menjual nya dengan mahal. Cukup dengan Rp 10.000 kita bisa mendapatkan buah buahan  dan jajanan pasar.
  6. Setelah puas menikmati  pasar terapung yang ada di kawasan Lok Baintan ini, dalam perjalanan pulang menuju Banjarmasin kita dapat singgah sebentar di rumah makan terapung yang menjajakan Soto Banjar. Suguhan yang sangat nikmat.Image

 

 

Imlek di Lasem

           Rumah tua yang terletak di Jalan Karang Turi Gang 4 no 17 Kecamatan Lasem ini sudah berumur 160 tahun. Rumah ini memiliki arsitektur khas Tionghoa, sama seperti rumah rumah yang menjadi ciri khas dari kota Lasem. Rumah ini di huni oleh tiga orang penghuni. Dua perempuan dan satu laki laki. Lo Khing Gwan adalah nama penghuni laki laki. Sedangkan dua penghuni perempuan  bernama Khalawati Gunawan dan Menuk Setyowati. Lo Khing Gwan dan Khalawati Gunawan adalah saudara sepupu sedangkan Menuk Setyowati adalah pengasuh mereka.

Kedua pasangan ini di panggil dengan sebutan Oma dan Opa. Rumah yang di tempati pasangan ini dulu nya di bangun oleh kakek Opa yang bernama Liem Sie Tong, Kakek Opa ini adalah  Shinsei yang bisa mengobati penyakit. Saat sekarang,Oma dan Opa hidup dalam tanggungan saudara nya. Opa sendiri tidak memiliki anak sama sekali  Begitu juga  Oma.

Perayaan imlek tahun Ular ini. Oma dan Opa bersemangat dalam menjalani ritual sembahyang tahun baru China. Semua sesaji yang nanti nya akan di serahkan ke leluhur sudah di persiapkan oleh Mbak Menuk. Tapi tentu saja dengan sederhana. Tidak berlebihan. Dulu, kata Opa, saat dia masih muda. Sesaji yang akan di serahkan ke leluhur  saat kakek nya masih hidup bisa sangat panjang hingga membutuhkan dua meja di sambung. Sedangkan sekarang, kesederhanaan yang mereka sajikan kepada Dewa dan Leluhur.

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Danau Segara Anak, Rinjani

     Jam tangan saya menunjukkan pukul, 05.30 WITA, ketinggian altimeter  menunjukkan 1904 mdpl. Bangun dan  keluar dari tenda untuk menikmati pagi hari adalah pilihan yang sangat tepat. Di depan saya tersaji pemandangan indah yang sangat sulit untuk di lukiskan. Danau luas di kelilingi bukit bukit berwarna hijau, anak gunung dengan gagah nya berdiri di tengah danau sembari mengeluarkan asap tipis seolah memberikan tanda “ aku masih hidup”. Dan tirai kabut tipis yang perlahan lahan disibak kan.Image

       Nuansa magis ini terjadi di Segara Anak, Gunung Rinjani. Danau yang merupakan tempat favorit bagi para pendaki untuk melepas lelah setelah melakukan perjalanan dari puncak Rinjani.

        Sedikit sejarah mengenai gunung Rinjani, gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi ke dua di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl. Gunung ini memiliki ekosistem yang lengkap. Savana, hutan dataran tinggi, edelweiss, dan hutan dataran rendah, Selain memiliki kelengkapan ekosistem, terdapat danau yang terletak pada ketinggian 1900 an meter di atas permukaan laut. Dan pada tahun 1994 memberikan kejutan berupa keluar nya anak gunung yang dikenal dengan Gunung Baru Jari. Gunung dengan ketinggian 2236 mdpl.Image

        Untuk menuju ke danau ini,terdapat dua jalur yang biasa di gunakan. Jalur Sembalun, dan Jalur Senaru. Masing masing jalur memiliki karakteristik yang unik, Jika kita melewati jalur Sembalun. Kita akan melihat keindahan savanna yang sangat luas. Dan jika perjalanan di mulai dari Senaru. Kita akan melewati hutan rimba

          Perjalanan saya  di mulai dari desa Sembalun, selain menawarkan pemandangan yang indah.  Desa ini memiliki jalur yang lebih landai di bandingkan dengan jalur dari Desa  Senaru

  1. a.      Sembalun – Pos Pemantauan

Di Sembalun awal perjalanan saya.Saya disambut dengan indah nya padang Savanna. Setelah 3 jam perjalanan menembus Savana. Saya tiba di Pos 1, menikmati semilir angin serta beristirahat sekedar melepas lelah merupakan pilihan yang tepat karena di depan telah menunggu sebuah tantangan. Jalur yang semula landai berubah menjadi jalur yang terjal. Namun sesekali terdapat turunan yang bisa memberikan  semangat dalam perjalanan .Pos 1 ini di kenal dengan nama pos Pemantauan

  1. b.      Pos Pemantauan – Pos Tengean Atas

Perjalanan di lanjutkan kembali, dari pos Pemantauan saya berjalan menuju pos Tengean Atas, Pos ini berada diantara dua lembah. Jika kita kehabisan air tawar. Di pos Tengean Atas ini terdapat air tawar yang dapat di gunakan untuk menghilangkan dahaga kita. Lama perjalanan dari pos Pemantauan menuju Pos Tengean Atas ini, satu jam perjalanan.Pos Tengean Atas dapat di katakan sebagai pos 2. Selama perjalanan menuju pos 2 ini, kaki yang menopang badan  seperti nya sudah “ berteriak” ingin istirahat.Image

  1. c.       Pos Tengean Atas – Pos Padang Balok

Setelah 2 jam perjalanan dari pos 2, saya akan tiba di pos yang di kenal dengan Pos Padang Balok. Di sini terdapat jalur sungai yang merupakan sisa dari letusan.  Padang Balok merupakan tempat yang ideal untuk beristirahat. Kenapa ini merupakan tempat ideal? Karena dari sini. Saya akan melewati jalur yang paling menantang dalam pendakian Rinjani, jalur ini di kenal dengan nama Bukit Penyesalan. Nanti nya, saya  akan melewati 9 bukit yang bentuk nya menyerupai punden berundak-undak. Kata penyesalan itu sepertinya berasal dari pengalaman para pendaki-pendaki zaman dahulu yang telah menikmati tanjakn tersebut. Pos Padang Balok ini, dapat dikatakan sebagai pos 3

  1. d.      Pos Padang Balok- Plawangan Sembalun

Ke esokan hari nya, setelah beristirahat, di mulai lah perjalanan saya menuju  Bukit Penyesalan. 4 jam perjalanan yang penuh perjuangan. Antara kaki dan otak sudah mulai terbentuk konflik, kaki sudah ingin menyerah namun otak berkata “terus, terus. Kamu bisa”. Ujung dari perjalanan berat ini adalah  sebuah bukit yang bernama  Puncak/Plawangan Sembalun. Dari puncak Sembalun ini saya terus berjalan,setelah 5 menit berjalan. Saya akan bertemu dengan persimpangan. Jika saya ingin menikmati Puncak Rinjani, saya akan  lurus. Dan jika ingin ke Segara Anakan, saya ambil jalan ke kanan.

  1. e.       Puncak Sembalun – Segara Anakan

Saya mengambil jalur ke kanan,dan menuruni jalur yang curam,Bukit bukit batu  menemani saya. Didalam perjalanan,kadangkala kita harus menggunakan tangan untuk menggapai batu yang ada. Kondisi jalur yang berkabut tipis, agak menyulitkan saya membaca jalur. Namun, ini hanya lah bagian kecil dari petualangan. Karena nanti nya di depan sudah menunggu bonus yang sangat indah.  1 jam 30 menit waktu yang saya habiskan menuruni jalur ini, Pelan pelan kabut tipis pun mulai hilang. Dan di depan saya. Terpampanglah sebuah keindahan alam yang luar biasa.  Danau  Segara Anak. Danau indah yang merupakan saksi dari kegiatan vulkanis Rinjani.

 Image

Tiba tiba saya berlari menuju tepian danau.Penat,letih,marah yang tadi nya menumpuk,langsung menguap. Petualangan ini sudah terbayarkan. Mendirikan tenda, dan segera memasak air panas. Adalah kegiatan yang saya lakukan. Minum segelas kopi panas dengan latar belakang Danau indah ini.  Nikmat apa lagi yang bisa saya sangkalkan.

Danau Segara anakan, merupakan tempat yang sangat ideal untuk berkemah, selain berkemah, ada kegiatan lain yang bisa saya lakukan. Di sini saya  bisa  memancing ikan, banyak terdapat ikan mas dan ikan karper di danau. Cukup dengan menggunakan nilon dan kail,maka ikan bakar nanti nya akan bisa dinikmati. Selain itu di danau ini terdapat sebuah anak gunung yang di kenal dengan nama Gunung  Baru jari. Pada tahun 1994 anak gunung ini mengenalkan diri nya ke publik dengan letusan.Image

Dan di danau ini juga  terdapat sumber mata air panas yang dapat berfungsi sebagai obat penghilang rasa letih. Setelah segelas kopi panas. Saya meninggalkan tenda, dan memilih berendam. Jacuzi dari alam pikir saya. Dapat di katakan bahwa mata air panas ini adalah tempat yang ideal untuk merenung. Di pikiran saya “ Logistik yang banyak, air melimpah, dan pemandangan yang sangat indah. Sepertinya seminggu akan sangat menarik untuk berkemah di sini”.

Image

Sayang nya. Gunung Rinjani ini, sudah kotor. Karena tidak bertanggung jawab nya para pendatang dengan sampah yang mereka miliki. Selain itu, Ssampah biologis yang kita bawa, menambah kotor nya  gunung ini.Seperti kata teman saya. “ Rinjani, gunung yang cantik namun bau berak”.

Notes  untuk menikmati indah nya Segara Anakan :

  1. Tarif  kereta api Jakarta-Surabaya : 35.000, dan jika membayar gerbong makan di tambah Rp 40.000
  2. Tarif  Kereta Surabaya-Banyuwangi Rp 100.000,-
  3. Tarif ferri penyebrangan Banyuwangi ( Ketapang )- Gilimanuk : Rp 6.000
  4. Tarif  Elf Gilimanuk-Padang Bai, 1 orang : 83.000
  5. Tarif Padang Bai – Lembar : 30.500
  6. Tarif Sewa Mobil Lembar – Sembalun Lawang, per orang : Rp 35.000
  7. Porter yang menemani perjalanan per hari : Rp 100.000
  8. Porter jika menemani muncak : Rp 100.000 dan logistik porter di tanggung kita
  9. Selalu bawa minuman dan makanan ringan. Jangan terlalu bergantung terhadap porter sehingga perlengkapan pendakian kita lupakan
  10. Bawa lah perlengkapan pendakian yang lengkap Terutama dengan cuaca yang selalu berubah seperti ini. Hujan dan kabut dengan mudah nya selalu di jumpai pada saat pendakian
  11. Selalu bermain aman, dengarkan nasihat porter karena mereka adalah orang lokal yang lebih tau dinamika alam yang ada di Gunung rinjani

Gawai Gedang Masyarakat Adat Talang Mamak

Talang Mamak adalah salah satu suku asli di Provinsi Riau. Mereka mendiami daerah hilir sungai Indragiri . Asal usul  suku ini terdiri dari dua versi. Pertama, berasal dari penelitian seorang asisten residensi Belanda yang mengatakan bahwa Suku ini berasal dari Pagaruyung Sumatera Barat yang terdesak akibat konflik adat dan agama. Sedangkan versi yang kedua berasal dari hikayat turun temurun yang di percaya oleh masyarakat adat itu sendiri bahwa mereka adalah keturunan ke tiga dari nabi Adam. Dalam keseharian nya, mereka menggantungkan hidup mereka dengan kemudahan yang alam berikan, berladang dan  berkebun karet adalah mata pencaharian mereka.

Masyarakat adat Talang Mamak masih mempertahankan adat istiadat mereka dengan kuat. Hal tersebut bisa temukan dalam sistem “administrasi” yang mereka gunakan. Mereka membagi kedudukan di dalam masyarakat tesebut dalam bentuk Patih,Batin,Mangku,Manti dan Dubalang. Yang masing masing memiliki fungsi dan kedudukan. Selain itu,ritual-ritual adat masih mereka lakukan. Salah satu nya adalah Gawai Gedang.

Gawai Gedang adalah ritual pernikahan bagi masyarakat Talang Mamak. Ritual ini berlangsung selama tiga hari dengan berbagai macam prosesi, dan ritual ini baru di adakan kembali setelah 40 tahun yang lalu. Di mulai dengan menegakkan tiang gelanggang. Prosesi penegakan tiang gelanggang ini adalah proses yang sangat sakral. Masyarakat Talang Mamak percaya bahwa tiang gelanggang adalah “perwakilan” dari tiang aras yang ada di langit, sehingga dalam proses nya mereka sangat berhati hati. Karena karma yang akan datang ke mereka akan berlipat ganda jika dalam prosesi ini terdapat kesalahan.

Setelah prosesi menegakkan tiang gelanggang. Pencak silat dan sabung ayam akan berlangsung, silat dan sabung ayam adalah  “syarat” dalam upacara adat. Sabung ayam memiliki filosofi, yaitu agar setan-setan yang ada tidak mengganggu para batin yang sedang sibuk mengurus acara. Setan-setan tersebut akan menonton judi ayam, sehingga para batin dapat dengan tenang melaksanakan kegiatan gawai gedang ini

Setelah silat dan sabung, Patih dan para batin yang terlibat dalam acara adat ini akan datang satu per satu. Dalam prosesi kedatangan mereka, para batin dan patih akan di sambut oleh tuan rumah, mereka akan menuju sebuah replika perahu yang di namakan Kajang Serong. Di sini para batin akan membicarakan adat dalam pelaksanaan upacara Gawai Gedang,. Di dalam upacara ini, selain pencak silat dan sabung ayam terdapat juga syarat lain. Syarat itu di namakan rukun lima. Rukun lima tersebut adalah sirih, pinang,gambir,tembakau dan kapur, di Kajang Serong, rukun lima ini disajikan kepada kedua belah pihak.

Sebelum para batin masuk ke Kajang Serong, mereka akan di arak terlebih dahulu mengelilingi tiang gelanggang sebanyak tiga kali, dan tiang akan di putar sebanyak tiga kali. Mempelai Pria dan Wanita ikut  mengelilingi tiang gelanggang tersebut, unik nya dalam upacara gawai ini kedua mempelai tidak di arak menyentuh tanah namun mereka di gendong oleh masing masing pihak keluarga.

Dari Kajang Serong. Patih, para batin, kedua mempelai dan masing masing pihak keluarga akan menuju ke rumah. Di rumah ini acara adat berlangsung. Sedangkan di sekitar tiang gelanggang acara sabung ayam akan terus berlangsung. Di dalam rumah,patih, para batin dan pihak keluarga  akan makan berhidang bersama. Mereka akan makan  nasi manis yang sudah di persiapkan sehari sebelum acara. Nasi manis  ini adalah semacam ketan yang di masak  dengan gula merah, kita  mengenal nya dengan sebutan wajik. Makan behidang  merupakan bagian dari ritual acara

Setelah  makan behidang, para batin dan para patih akan kembali menuju ke kajang serong. Ritual adat yang akan mereka lakukan adalah membuka gulungan daun. Di dalam gulungan daun ini terdapat beberapa barang yang nanti nya akan di berikan kepada ke dua mempelai, barang barang tersebut berupa sirih dan rokok. Barang barang ini nanti nya akan di makan dan di bakar oleh kedua pasangan tersebut beserta pihak keluarga. Setelah semua ritual selesai, patih dan para batin akan beristirahat  untuk melanjutkan ritual keesokan hari nya

Pada hari ke dua, ritual yang dilaksanakan di namakan Basipat, basipat adalah upacara penyerahan mas kawin. Mas kawin ini berupa tombak, kain putih sebanyak 13 lembar, gelang perak dan sirih. Gelang perak sebagai mas kawin  menunjukkan identitas perempuan yang akan di nikahi. Jika berjumlah satu, maka calon pengantin nya masih gadis. Namun, jika berjumlah dua maka calon pengantin nya adalah janda. Setelah penyerahan mas kawin di lanjutkan ritual makan gadang

Makan Gadang adalah ritual makan bersuap-suapan, di dalam ritual ini akan di persiapkan tiga pasangan muda untuk di libatkan dalam ritual selain kedua mempelai. Di dalam makan gadang, ada sebuah pantangan yang masih berlaku sampai sekarang. Pantangan  tersebut adalah jika saat salah satu pasangan muda yang ikut dalam ritual ini salah dalam melakukan urutan makan dalam acara makan gadang ini. Maka mereka akan langsung di nikahkan saat itu juga. Akibat takut akan pantangan yang masih berlangsung ini maka dalam ritual makan gadang mereka sangat berhati hati.

Kegembiraan masyarakat adat yang ikut dalam upacara ini makin dapat terlihat dalam ritual makan gadang, mereka akan terus menertawakan para pasangan muda yang canggung dan terkesan sangat berhati hati dalam menjalankan ritual. Teriakan “ ayo, salah, nanti langsung kita nikah kan di sini” terus terdengar. Setelah makan gadang,acara selanjutnya adalah  acara ijab kabul.

Bagi masyarakat adat Talang Mamak, aliran kepercayaan mereka adalah Islam langkah lama, sehingga ijab kabul yang mereka gunakan tidak menggunakan syariat Islam. Prosesi ijab kabul menggunakan media yang di namakan dengan minum pengangsi. Ritual tersebut  adalah ritual minum bersama antara kedua mempelai, mereka akan minum air gula yang ada di tempayan yang terlebih dahulu di doakan. Sebelum kedua pasangan ini meminum air  tersebut, terlebih dahulu patih, batin dari kedua belah pihak akan meminum air. Setelah itu  giliran kedua mempelai meminum air pengangsi tersebut. Setelah minum, maka sah lah mereka sebagai pasangan suami isteri.

Acara di hari ke dua ini,berlangsung hingga larut malam, acara ini di tutup dengan ritual sembah ajar penghulu dan tagur ajar. Tujuan dari acara ini adalah agar nanti nya kedua pasangan suami isteri ini tahu masing masing fungsi dan kedudukan nya di dalam rumah tangga. Berbagai macam petatah petitih masyarakat adat Talang Mamak mengenai kehidupan berumah tangga akan di perdengarkan pada ritual ini

Di hari ke tiga, yang merupakan hari terakhir bagi upacara adat gawai akan di tutup dengan penurunan tiang Gelanggang. Pencak Silat dan Sabung ayam masih akan berlangsung dalam penurunan tiang, Prosesi yang sama dengan menaikkan tiang gelanggang, dan setelah penurunan tiang. Maka acara gawai selesai.

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Kain Tenun Pandai Sikek

“ Sakit macet nya”, itu yang ada di pikiran saya saat melihat antrian kendaraan di Jalan Lintas Bukit Tinggi – Padang Panjang. Kata para pemuda yang berada di sisi kanan jalan, antrian kurang lebih sekitar 4 km. “ Sial”, hanya itu yang ada di kepala saya. Iseng-iseng saya turun dan kembali bertanya ke mereka. Ternyata, jika hari Senin merupakan hari pasar di kawasan ini. Maka perjalanan berubah dari perjalanan santai menjadi perjalanan panjang. Saya  hendak berkunjung ke daerah yang terkenal akan tenun nya, Daerah ini di kenal dengan nama Pandai Sikek.  Pandai Sikek adalah  salah satu sentra tenun di Sumatera Barat.

Pandai sikek  terkenal akan tenunan nya. Menurut sejarah nya, Beberapa ratus tahun yang lalu, di hulu sungai Batanghari, yang disebut Sungai Dareh berkembang suatu pemukiman dan pusat perdagangan yang makmur. Penduduk dari daerah yang sekarang disebut Alam Surambi Sungai Pagu, dan dari daerah-daerah yang lebih ke utara lagi, datang ke tempat ini untuk menjual hasil-hasil alam berupa rempah-rempah dan emas. Daerah ini dikunjungi pula oleh pedagang-pedagang yang datang dari seberang laut, dari India dan CinaImage

Daerah ini kemudian terkenal dengan nama kerajaan Darmasyraya. Inilah cikal bakal  kebudayaan Melayu. Bertahun-tahun daerah ini menjadi titik pertemuan ekonomi dan budaya antara kebudayaan-kebudayan yang sudah lebih kaya dan maju di utara, Cina, Mongol dan India, dengan budaya lokal. penduduknya menyerap ilmu dan teknologi dari bangsa asing,. Diantara kemajuan yang dialami adalah dalam bidang pakaian dan teknik bertenun, beserta corak motif dan bahan-bahan yang dapat dipergunakan.

Sebelum nya, sesuai dengan perkembangan masyarakat. Mereka membuat pakaian dari benang yang dibuat dari bahan-bahan yang tersedia di tempat pemukiman, seperti serat kulit pohon. Masuk nya para pedagang dari Cina dan India,menambah keberagaman dalam hal pembuatan pakaian, mereka mengenalkan beberapa ide yang kepada masyarakat lokal.  Pedagang  India memperkenalkan bahan dari serat kapas dan linen, juga benang yang disalut dengan lempengan emas tipis. Pedagang Cina membawa benang sutra yang berasal dari kepompong ulat sutra, juga benang yang dibungkus dengan emas.Image

Pada tahun 1347 Adityawarman memindahkan pusat kerajaan dan kebudayaan Melayu dari Darmasyraya ke Pagaruruyung, dan kawasan di sekitar gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang pada waktu itu terdiri dari Luhak nan Tigo dan Rantaunya yang Tujuh Jurai, menjadi terkenal sebagai Alam Minangkabau, dengan beberapa pusat pemerintahan yang tersebar di Pariangan, Sungai Tarok, Limo Kaum, Pagaruryung, Batipuh, Sumanik, Saruaso, Buo, Biaro, Payakumbuh, dan lain-lain.

Daerah Batipuh, sebagai salah satu pusat pemerintahan di pimpin oleh Tuan Gadang Batipuh sebagai Harimau Campo Koto Piliang, diduga menjadi salah satu daerah yang amat penting pada masa kejayaan Minangkabau dahulu, bersama daerah-daerah lain yang tersebut diatas. Sejalan dengan hal itu, masyarakatnya tentu mendapat kesempatan yang lebih banyak pula untuk melakukan kegiatan ekonomi dan budaya termasuk keterampilan tenun sehingga mutu dan corak kain tenun semakin tinggi dan halus. Gadis-gadis menenun kain sarung dan tingkuluk dengan benang emas untuk dipakai ketika mereka menikah, dan perempuan lainnya menenun kain untuk dijual.Image

Hampir semua pelosok Minangkabau, dari Luhak sampai ke rantau, mempunyai pusat-pusat kerajinan tenun, suji dan sulaman. Masing masing daerah memiliki ragam  corak dan ciri-cirinya sendiri,. Beberapa derah  yang terkenal dengan kain tenun serta  sangat produktif pada masa itu adalah Koto Gadang, Sungayang, dan Pitalah di Batipuh.  Daerah yang masih melanjutkan tradisi warisan menenun hari ini adalah daerah yang termasuk Batipuh Sapuluh Koto  yaitu Pandai Sikek.

Jam di tangan saya terus bergerak, namun antrian kendaraan di depan saya sama sekali belum bergerak. Saya memutuskan untuk bertanya dengan pemuda setempat mengenai jalan alternatif menuju sentra tenun Pandai Sikek, Dengan petunjuk yang mereka berikan maka saya belok kanan, keluar dari kemacetan menggunakan jalan alternatif menuju sentra tenun tersebut. Saya masuk ke jalan perkampungan dengan kontur naik turun namun memiliki pemandangan yang indah.Image

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, maka tiba lah saya di Galeri Tenun Pusako Pandai Sikek. Galeri ini, merupakan rumah pribadi dari penenun Pandai Sikek yang bernama Ibu Hj Sanuar dan berupa rumah adat Minangkabau yang dikenal dengan nama Rumah Gadang.Di galeri ini, terdapat kain-kain yang sudah berumur ratusan tahun, bahkan terdapat kain yang berumur kurang lebih 200 tahun.  Kain-kain ini merupakan koleksi pribadi dari ibu Hj Yanuar. Selain sebagai galeri, rumah tenun pusako ini dapat dikatakan sebagai museum. Di sini, kain-kain yang berumur ratusan tahun tersebut di buat replika nya, pembuatan replika ini bertujuan agar kain tenun yang sudah berumur tersebut dapat di nikmati. Selain galeri,  dan museum. Rumah tenun pusako ini juga menjual tenun Pandai Sikek, menurut bu Rosida Anwar, yang merupakan anak dari Bu Hj Sanuar. Bu Hj Sanuar  memiliki banyak “anak “ asuh. Mereka sampai sekarang masih aktif  menenun berdasarkan pesanan yang di berikan oleh Bu Hj Sanuar.Image

Kualitas hasil tenun di Rumah Tenun Pusako ini tidak usah di ragukan lagi. Kualitas kontrol yang di lakukan oleh keluarga Bu Hj Sanuar  yang tinggi sehingga menghasilkan kain tenun yang berkualitas.  Beberapa sosialita di Jakarta menggunakan kain tenun yang di hasilkan oleh rumah tenun Pusako ini, Miranda Gultom, Meutia Hatta adalah  beberapa  kolektor kain dari sini.

Setelah 1 jam di rumah Tenun Pusako ini, saya menuju rumah Bu One, beliau merupakan “ Anak sulung” dari Bu Hj Sanuar. Pengertian anak sulung  adalah. Beliau merupakan “Anak angkat” pertama dari Bu Sanuar. Beliau mulai menenun dari tahun 1970 an. Sudah banyak kain yang di hasilkan dari tangan beliau. Menurut beliau, proses pembuatan kain tenun ini bisa berlangsung lama. Per hari, 5 cm benang bisa dirubah menjadi kain. Sehingga untuk merubah gulungan benang menjadi satu lembar kain membutuhkan waktu dua bulan pengerjaan.  Dan juga di karenakan benang yang di gunakan sebagian besar  impor. Seperti benang emas, yang di gunakan untuk motif dari kain  yang di impor dari India. Sehingga harga kain tenun ini menjadi  mahal. Image

Ibu One juga menjelaskan kepada saya, alat-alat tenun yang di gunakan oleh para penenun di sini adalah Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM ). Dan, sebagian besar penenun di sini adalah perempuan. Sehingga tradisi dari zaman dahulu  masih terjaga hingga sekarang. Saat saya di sana, Bu One sedang mengerjakan pesanan dari Bu Hj Sanuar. kain sepanjang 1,8 meter sedang di persiapkan oleh beliau. Jika ingin melihat kain ini menjadi kain Tenun Pandai Sikek. Saya di sarankan datang oleh beliau kembali ke Pandai Sikek ini sekitar 2 bulan ke depan.Image

Mengunjungi Pandai Sikek ini, menambah ilmu bagi saya. Kekayaan budaya bangsa ini sangat besar. Namun, sayang di sia siakan oleh bangsa kita sendiri. Kain tenun yang dulu nya melambangkan identitas kita di mata masyarakat terutama jika kita seorang bangsawan apa bukan. Sekarang berubah  status nya hanya sebagai kain semata. Sudah saat nya kita memperhatikan kekayaan warisan para pendahulu kita berupa keberagaman corak dan Imagemotif pada kain kita.

Notes :

  1. Kita bisa membeli kain tenun di rumah Pusako ini.  Selain menjual. Rumah ini merupakan bagian dari museum kain tenun pandai sikek. Kita bisa melihat kain kain tenun yang sudah berumur tua
  2. Menuju ke rumah tenun ini memberikan perjuangan tersendiri. Dengan kondisi jalan yang naik turun dan sempit, di butuhkan ke ahlian mengemudi yang handal. Namun perjalanan ini di bayar dengan pemandangan di kiri kanan kita. Sawah, rumah rumah tua, menemani kita sepanjang perjalanan ini
  3. Untuk ke rumah tenun ini, kita bisa menghubungi ibu Rozamon Anwar. Di 08161333405 atau ke Rumah Tenun Pusako di +62752498193
  4. Kita bisa ke rumah masyarakat sekitar yang akan dengan senang hati menunjukkan kepada kita kain kain tenun yang sedang mereka buat
  5. Dari Bukit Tinggi untuk menuju ke Pandai Sikek ini, membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Namun, hindari berkunjung di Hari Senin, Karena di hari senin terdapat hari Pasar di dekat kawasan masuk ini, kita akan berhadapan dengan macet nya kawasan ini. Namun, untuk hari hari di lain Senin, kita bisa menuju kawasan ini.

PASTY, Sisi Lain Wisata Yogyakarta

Pasar  Bursa Tanaman Hias Yogyakarta ( PASTY)  merupakan bursa hewan dan tanaman hias yang ada di Yogyakarta. Pasar yang selalu rame oleh kegiatan ekonomi dan ajang pencarian “bakat”. Menurut  kepercayaan masyarakat Jawa,seorang laki laki akan sempurna hidup nya jika memiliki 5 hal utama yaitu wisma ( rumah ), wanita ( istri ), turangga (kuda), curiga ( keris), dan  kukila (burung peliharaan). Atas dasar inilah, maka bagi masyarakat  Jawa memilki burung peliharaan bukan hanya merupakan bagian dari hobi. Namun juga menunjukkan derajat mereka di masyarakat.

Pasar Burung  ini dahulu terletak di  bagian belakang dari Taman Sari. Daerah yang di kenal dengan nama Ngasem. Pasar burung  Ngasem, menurut cerita nya sudah ada dari jaman dahulu. Ada yang mengatakan pasar Ngasem ini berumur lebih dari dua abad. Hal ini di perkuat oleh foto arsip Belanda. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa  pasar ini berdiri sejak tahun 1960. Terlepas dari perdebatan mengenai asal usul dari pasar ini, pasar burung sudah menjadi bagian dari saksi sejarah perkembangan Yogyakarta.

Namun,  pada tahun 2010 Pemerintah Daerah Yogyakarta memindahkan pasar ini, pasar ini bergabung dengan bursa tanaman hias yang terletak di jalan Bantul Km 1 Dongkelan.Bantul,  alasan pemindahan pasar. Karena para pedagang yang sudah semakin banyak,tentu saja membutuhkan tempat berdagang yang luas dan nyaman. Serta  kemacetan kawasan di sekitar Taman Sari pada saat transaksi berlangsung.

Pasar ini rame dengan para pembeli, selain berasal dari Yogyakarta, ada juga yang berasal dari Semarang,Solo, bahkan dari Surabaya. Pasar ini sangat meriah, begitu kita menjejakkan kaki ke dalam pasar kita di sambut dengan riuh rendah nya kicauan burung. Saling sahut-sahutan. Masing masing burung seolah olah seperti sedang mengikuti ajang pencarian bakat. Menunjukkan kebolehan mereka masing masing.  Berbagai macam burung di jual di pasar ini. Dari Burung murai batu,kenari,kacer,perkutut dan cucak rawa. Dari harga lima ribuan hingga yang harga nya jutaan ada di sini.

Hari Minggu, pasar ini rame oleh para pengunjung. Terdapat ajang kontes suara burung disini, masing masing pengunjung memiliki jawara nya masing masing. Pasar semakin meriah oleh polah tingkah para pengunjung. Selain itu,beberapa pelancong dari manca negara juga terlihat di sini.

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Sabung Ayam Adat Talang Mamak

Masyarakat Adat Talang Mamak, adalah masyarakat adat yang berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, Masyarakat ini, masih mempertahankan identitas mereka sebagai masyarakat adat dengan melaksanakan upacara upacara adat. Salah satu acara adat yang mereka adakan adalah Gawai Gedang. Gawai Gedang merupakan upacara pernikahan yang berlangsung selama 3 hari berturut turut. Acara ini dimulai dari menegakkan tiang gelanggang sampai dengan penurunan tiang gelanggang.  Salah satu bagian dari upacara Gawai Gedang ini, adalah sabung ayam.  Sabung ayam bagi masyarakat Talang Mamak adalah bagian “syarat” agar acara Gawai Gedang ini berlangsung dengan aman. Filosofi yang dapat di ambil dalam acara sabung ayam ini adalah agar para Batin yang terlibat di dalam Gawai ini, tidak tergoda oleh godaan Setan, Setan yang akan menganggu jalan nya upacara akan ikut melihat judi sabung ini.

Dalam kegiatan sabung ayam ini, taruhan atau judi menjadi hal yang biasa  untuk di lakukan. Namun, taruhan ini hanya bisa berlangsung di dalam kawasan pesta. Jika di luar kawasan, maka akan berurusan dengan pihak berwajib. Dalam sekali taruhan, jumlah minimal taruhan yang bisa di pasang Rp 20.000, dan maksimal Rp 500.000. Selain taruhan, ada uang pendaftaran untuk acara ini. Sebesar Rp 10.000,-. Tujuan uang pendaftaran ini adalah untuk uang kas bagi masyarakat. Uang kas tersebut nanti nya akan di gunakan sebagai modal dalam melaksanakan pesta adat selanjut nya.

Sebelum ayam ayam ini di adu, terlebih dahulu ayam ayam akan dinilai. Berat badan, tinggi badan , dan ukuran taji dari masing masing ayam tersebut. Tujuan dari seleksi ini adalah agar dalam pertarungan nanti  akan mendapatkan lawan yang seimbang.              Setelah penimbangan, ayam ayam tersebut akan di pasangkan taji dari pisau. Taji ini terbuat dari baja yang di bentuk sedemikian rupa menyerupai badik. Dan taji ini sangat tajam , menurut cerita masyarakat tajam nya taji ini bahkan  bisa merobek celana jean.

Setelah semua proses tersebut. Ayam ayam tersebut akan di bawa ke “ gelanggang”. Taruhan ini di awasi oleh Ampang Delapan. Ampang Delapan  dapat di katakan sebagai wasit dalam pertarungan. Karena sebagai bagian dari “syarat” dalam upacara adat lah, maka sabung ayam ini harus di adakan dalam setiap upacara adat Talang Mamak. Ayam yang menang akan naik tingkatan nya.Harga jual yang mahal, dan di kenal di seluruh desa. Sedang kan nasib ayam yang kalah dan mati. Akan di masak menjadi lauk dalam ritual adat Gawai Gedang

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Batik Lasem , Akulturasi Tionghoa dan Jawa

Lasem adalah sebuah kecamatan yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa, lebih tepat nya sebuah  kecamatan di Kabupaten Rembang. Kota ini, di kenal dengan sebutan  Little Tiongkok. Hal tersebut dapat di lihat dari bangunan bangunan tua yang berada di kecamatan ini. Detail detail pada bangunan bangunan ini di dominasi oleh detail  China. Selain di kenal dengan nama Little Tiongkok, Lasem  juga di kenal dengan batik nya.Image

Batik Lasem ini di kenal karena ke unikan dari motif dan corak nya. Di dalam batik Lasem, terdapat akulturasi antara Jawa dan China. Menurut sejarah, awal masuk nya batik ke Lasem adalah dari seorang anak buah kapal Laksamana Cheng Ho yang bernama Bi Nang Un dengan isteri yang bernama Ibu Na Li Ni yang masuk di Lasem  pada tahun 1400 an. Beliau menetap di Jolotundo, Bi Nang Un  adalah  ahli bertukang terutama dalam membuat  kerajinan dari tembaga dan ukiran. Sedangkan ibu Na Li Ni menularkan seni penulisan di kain menjadi seni tulis batik, dahulu nya seni lukis batik ini sudah ada di Jawa.Jauh sebelum kedatangan ke dua tokoh ini, namun karena sifat nya yang tidak komersil maka batik belum terlalu di kenal.Image

Batik di Lasem  ini mulai besar setelah kedatangan saudagar minuman keras dari Tiongkok pada tahun 1600 an, Pengusaha dari Tiongkok ini adalah seorang ahli gambar dan ahli kaligrafi, dia lah  yang memberikan gambar gambar motif China ke dalam batik Lasem.

Batik Lasem merupakan batik pesisir. Hal ini di karenakan secara geografis  letak nya yang berada di pesisir. Pada zaman dahulu. kota yang berada di  pesisir Utara Pulau Jawa adalah kota kota pelabuhan yang besar. Di kota kota pelabuhan, akulturasi antara masyarakat pribumi dan para pedagang yang berasal dari negara negara asing dengan mudah nya  terjadi,Karena pedagang dari China yang mendominasi Lasem    maka pengaruh  budaya China dengan mudah nya bisa kita temui di batik  ini. Itu bisa kita lihat dari motif- motif yang ada pada batik Lasem tersebut, motif bambu,bunga  seruni,   bunga  teratai,kelelawar ( bien fu), Naga dan Burung Pheonix ( Burung Hong)  adalah beberapa motif batik yang ada.Image

Karena motif Tionghoa ini lah, batik Lasem berbeda dengan batik Forstenlanden. Fostenlanden adalah batik dengan  motif kerajaan. Seperti batik yang berasal dari Solo, Yogyakarta,Banyumas, dan Wonogiri. Motif batik ini bersifat geometris. Pada zaman Belanda, Lasem merupakan lima besar daerah penghasil batik. Lima besar itu antara lain Solo, Yogya,Pekalongan,Banyumas, dan Lasem. Bahkan pada zaman dahulu, batik dari Lasem ini merambah beberapa daerah di Indonesia, seperti Manado, Sumatera bahkan sampai ke Malaysia, Singapura,Brunei dan Suriname. Ke populeran batik Lasem di Suriname ini di bawa oleh orang orang dari Pulau Jawa yang di bawa oleh Belanda.

Selain pencampuran motif  dari China, di Lasem ini terdapat motif khas lain nya yaitu motif Latoan dan Batu Pecah/Kricak. Latoan  merupakan tanaman khas yang banyak terdapat di sekitar pantai yang dapat di makan sebagai urap.Karena banyak terdapat  di Lasem maka motif ini di gunakan sebagai motif batik. Selain  latoan, terdapat motif batu pecah. Motif ini memiliki nilai sejarah. Pada zaman dahulu nya pada saat Gubernur Belanda Daendels membuat jalan dari Anyer sampai dengan Panurukan sepanjang 1000 km, para Bupati diminta menyerahkan para pemuda sebagai pekerja paksa mereka.  Mereka berfungsi sebagai tenaga kerja pemecah batu, dan pada  zaman tersebut juga terjadi epidemik malaria dan infulensa yang menyerang Rembang. Sehingga nya banyak kematian di Rembang dan Lasem. Dampak dari itu adalah kesedihan mendalam bagi masyarakat Lasem, Kesedihan ini di tampilkan dalam bentuk motif batu pecah. Namun, karena bagus nya motif ini maka daerah lain meniru motif tersebut

Image

Warna khas dari batik Lasem ini adalah  warna merah darah ( getih pitik) ayam, hijau botol bir dan warna biru tua.Selain itu, batik Lasem ini  di kenal dengan sebutan batik tiga  negeri. Sebutan ini di dapatkan dari  proses pewarnaan batik.Terdapat tiga kali proses pewarnaan dalam pembuatan Batik Lasem ini.Image

Proses- proses itu adalah pewarnaan  merah, lalu di masukkan klorotan agar lilin nya hilang, di campur dengan  tanah, lalu dimasukkan kedalam pewarna  biru dan yang terakhir adalah warna  coklat. Semua proses tersebut di lakukan dalam satu rumah. Secara istilah, batik 3 negeri itu, warna merah nya dari Lasem, biru dari Pekalongan dan Coklat ( Soga ) berasal dari Solo.

Selain motif motif tradisional di Lasem, sekarang berkambang motif baru pada batik Lasem,motif ini di kembangkan oleh sesepuh masyarakat Tionghoa yang bernama Sigit Wicaksono yang  memiliki nama China  Nyo Tjen Hian . Beliau adalah seorang pengusaha Batik yang  bermerek Batik Sekar Kencana. Beliau sekarang berumur 84 tahun.

Beliau mengembangkan  motif  baru yang menggunakan huruf  Thionghoa. Proses penciptaan motif ini adalah  pada saat malam tahun baru China. Dalam perenungan nya, beliau mendapatkan semacam ilham untuk  membuat motif baru dalam batik. Akhir dari proses perenungan ini lahir lah  motif baru. Motif tersebut  berupa kata kata mutiara dalam aksara  China, filosofi yang  terkandung di dalam motif ini adalah empat penjuru samudera semua nya adalah sama,bakti anak terhadap orang tua murid kepada guru, dan rakyat kepada pemerintah.Agar bisa bergabung  dengan filosofi Jawa,  Beliau menuliskan motif ini  ke dalam sebuah batik yang bermotifkan Sekar Jagat,Sekar jagat itu sendiri arti nya adalah Bunga Dunia.Image

Selain itu beliau juga menciptakan motif dengan tulisan Tinghoa Hek Sia Ping An Wang Se Ruk I yang arti nya “se isi rumah sentosa segala macam usaha seusai dengan apa yang di kehendaki”,  ada beberapa motif batik yang bertuliskan filosofi Tionghoa yang beliau ciptakan.

Awal nya beliau ragu dengan motif ini. Apakah bisa di terima di masyarakat apa tidak. Namun, pada saat pameran batik di Rembang dan beliau memperlihatkan motif ini. Sambutan yang sangat meriah yang beliau dapatkan. Sekarang batik ini laku keras.Image

Notes:

  1. Untuk menuju Lasem, jika menggunakan Pesawat, mendarat di Semarang. Dan di sambung dengan menggunakan bus tujuan Surabaya. Karena jalur bus menuju Surabaya melewati kota ini
  2. Untuk penginapan di Lasem, terdapat hotel hotel kelas Melati. Dengan harga kamar yang sangat terjangkau. Dari Rp 50.000 hingga Rp 150.000
  3. Jika ingin berkunjung ke rumah pak Sigit, bisa meenggunakan Becak. Semua warga Lasem mengenal beliau, dan mereka akan mengantar kita menuju ke sana.
  4. Di Lasem, harga makanan yang lezat dan ringan di kantong masih bisa kita temukan. Sehingga wisata kuliner juga merupakan alternatif wisata kita selain wisata sejarah.