Berdirinya Kerajaan Siak

“Jikalau Tuanku ke Riau, Opu-Opu itu tentu akan dahulu masuk ke dalam Riau.  Apabila Tuanku melanggar dia jika dia sesak, tentu akan diamuknya anak isteri Tuanku. Apa gunanya lagi, meskipun kita menang sekalipun anak isteri kita sudah habis” ujar Menteri Kerajaan.

Pada masa menjadi Raja Johor, Raja Kecik lebih memilih tinggal di pulau Guntung, sebuah pulau yang berada bagian hilir Sungai Siak (sekarang menjadi bagian dari Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak) daripada di ibukota kerajaan. Hal ini karena Raja Kecik ingin menguasai perdagangan komoditas dari Pantai Barat Sumatera. Saat berada di Pulau Guntung, Raja Kecik ingin melakukan kerja sama perdagangan dengan VOC di Malaka (Zwardecron 6 Desember 1718. Generale Missiven van Gouverneurs Generaal en Raden aan Heren XVII der Verenigde Oost Indische Compagnie;362)

Di waktu Raja Kecik memerintah terjadi dualisme kepemimpinan di Kerajaan Johor. Ada kubu Raja Kecik/Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah dan ada kubu Datuk Bendahara Abdul Jalil/Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Karena pembagian kekuasaan, terjadi kemelut di Kerajaan Johor akibat dualisme kepemimpinan ini, dalam kemelut ini, Tengku Tengah/ Tun Erang, kakak dari Tengku Kamariah isteri dari Raja Kecik membuat sebuah siasat. Dia menculik Tengku Kamariah isteri dari Raja Kecik. Penculikan dari Tengku Kamariah ini dituliskan dalam Hikayat Siak dan Tuffat An Nafis. Dalam Hikayat Siak dinarasikan

“ Dan waktu Duli Yang Dipertuan lagi tengah sembahyang Isya. Dan isteri tidak boleh jauh duduk dekat Baginda jua. Dan Raja Tengah pun masuk dari penangga. Raja Tengah sampai di pintu tengah. Maka kelihatan Tengku Kamariah duduk dekat baginda lagi sembahyang. Maka lalu dilambai oleh Raja Tengah. Maka Tengku Kamariah pun datang mendapatkan saudaranya lalu dibawak oleh Raja Tengah turun. Lalu keluar kota, pulang ke istananya (Muhammad Yusoff Hashim. Hikayat Siak Legasi Tradisi Gemilang Kesultanan Melayu Islam;160).

Dalam tuffat an nafis, penculikan ini dinarasikan sebagai berikut;

“Maka dalam hal itu, berjalanlah Tengku Tengah itu ke Istana Raja Kecik, lalu diambilnya Tengku Kamariah itu ke rumahnya waktu Raja Kecik itu tengah sembahyang” (Virginia Matheson (edt). Tuhfat Al Nafis, Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji;56). 

kuburan Raja Kecik di Buantan, Kab. Siak. Provinsi Riau.

Penculikan yang dilakukan oleh Tengku Tengah menyebabkan Raja Kecik menyerbu Datuk Bendahara Abdul Jalil. Raja Kecik menyerbu Datuk Bendahara Abdul Jalil hingga mundur ke Trengganu, setelah 3 tahun di Trengganu. Datuk Bendahara membuat negeri di Kuala Pahang. Peristiwa penyerbuan oleh Raja Kecik ini terjadi pada tahun 1719. Di tahun ini,  Kerajaan Johor terbagi atas tiga pemerintahan. Trengganu dan Pahang dalam kekuasaan Datuk Bendahara Abdul Jalil, Siak, Batu Bara, dan Bengkalis dalam kekuasaan Raja Kecik, dan  Selanggor, Kelang, dan Lingga berada dalam kekuasaan Daeng Marewa dan Daeng Menampok (Leonard Y Andaya. The Kingdom of Johor 1641-1728;285)  

Setelah Datuk Bendahara meninggalkan Johor. Raja Kecik kemudian memindahkan ibukota kerajaan Johor ke Pangkalan Rama, Hulu Sungai Riau (sekarang menjadi bagian dari kota Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau) (Haji Buyong bin Adil. Sejarah Johor. Dewan Bahasa dan Pustaka.Kementerian Pelajaran Malaysia. Kuala Lumpur.109).  Di Pangkalan Rama, Raja Kecik mendirikan sebuah istana. Dalam Tuffat An Nafis dinarasikan bahwa Istana yang dibangun oleh Raja Kecik ini berlawangkan emas (Virginia Matheson (edt). Tuhfat Al Nafis,Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji;56)

Saat berada di Riau, Raja Kecik memanfaatkan posisi Riau yang strategis. Raja Kecik meningkatkan perdagangan komoditas . Pada tahun 1719, Raja Kecik menyurati VOC di Malaka untuk mengizinkan pedangang Tionghoa dan India berdagang di Pangkalan Rama. Raja Kecik memanfaatkan posisi ibukota kerajaan yang menjorok kedalam dan tidak berada di tepi pantai dengan membangun benteng benteng pertahanan (Leonard Y Andaya. The Kingdom of Johor 1641-1728;287).

Sementara itu, Datuk Bendahara dalam pengungsiannya di Pahang, dijemput oleh Raja Kecik.  Raja Kecik memberikan titah kepada Laksamana dan Sri Bijawangsa untuk menjemput Datuk Bendahara. Dengan menggunakan lima buah kapal, Laksmana menjemput Datuk Bendahara. Tengku Kamariah masih berada dalam tahanan Datuk Bendahara. Dalam Tuffat An Nafis, diceritakan bahwa Datuk Bendahara Abdul Jalil dibunuh oleh Laksamana Nakhkoda Sekam atas perintah Raja Kecik (Virginia Matheson (edt). Tuhfat Al Nafis, Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji;57).

Pangkalan Rama, Hulu Sungai Riau, Tanjung Pinang, Prov. Kepulauan Riau.

Sedangkan dalam narasi Hikayat Siak dinarasikan bahwa Datuk Bendahara dibunuh oleh Seri Bija Wangsa (Muhammad Yusoff Hashim. Hikayat Siak Legasi Tradisi Gemilang Kesultanan Melayu Islam;161). Terbunuhnya Datuk Bendahara meninggalkan duka yang dalam. Datuk Bendahara Abdul Jalil dimakamkan di Kuala Pahang. Raja Sulaiman membawa dendam atas kematian ayahnya. Raja Sulaiman, Tengku Tengah, Tengku Kamariah, dan Tengku Mandak dibawa oleh Nakhoda Sekam ke Hulu Sungai Carang. Raja Kecik menetap di Riau/ Sungai Carang setelah meninggalnya Datuk Bendahara dan kembali bertemu dengan Tengku Kamariah. Peristiwa meninggalnya Datuk Bendahara Abdul Jalil terjadi pada tahun 1720 (Haji Buyong bin Adil. Sejarah Johor. Dewan Bahasa dan Pustaka.Kementerian Pelajaran Malaysia. Kuala Lumpur;111).

Kuburan Raja Sulaiman, Tanjung Pinang. Prov Kep. Riau

Dibakar oleh rasa dendam untuk mengusir Raja Kecik, Sultan Sulaiman meminta bantuan lima orang bangsawan Bugis. Raja Sulaiman menulis surat kepada lima bangsawan Bugis yang saat itu sedang berada di Matan (sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Kayong, Provinsi Kalimantan Barat). Menjawab surat meminta bantuan dari Raja Sulaiman, lima bangsawan bugis bersama 1000 orang pasukannya membantu Raja Sulaiman. 

Lima bangsawan Bugis yang membantu Raja Sulaiman adalah  anak dari Opu Tenri Burong Daeng Rilaka, Bangsawan Kerajaan Luwu, sepupu dari Raja Bone. Kelima bangsawan ini adalah;

  1. Opu Daeng Perani
  2. Opu Daeng Menambun
  3. Opu Daeng Marewa/ Kelana Jaya Putra
  4. Opu Daeng Cela’,dan
  5. Opu Daeng Kamase (Hans Overbeck.Silsilah Melayu dan Bugis dan Sekalian Raja – Rajanya. Journal of Malayan Branch of The Royal Asiatic Society;350)
Kuburan Daeng Celak, Tanjung Pinang, Provinsi Kep. RIau

Sebelum menjadi Bangsawan di Kerajaan Johor, lima bangsawan Bugis ini berkelana hingga Siantan. Di Siantan (sekarang menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Anambas ), Opu Daeng Perani menikah dengan anak Kari Abdul Malik, seorang bugis yang bergelar Nakhoda Ilang/Elang. Lima Bangsawan Bugis ini kemudian berlayar menuju Kamboja. Dari Kamboja  kemudian mereka kembali ke Siantan. Saat Daeng Perani berlayar, isteri Daeng Perani melahirkan anak laki laki yang diberi nama Daeng Kemboja. Daeng Kemboja kelak menjadi Yang Dipertuan Muda III Kerajaan Johor. Saat berada di Siantan. Daeng Perani kemudian dikarunai anak perempuan yang diberi nama Dahing Khadijah/Tijah. Kelak, anak perempuan ini menikah dengan Raja Alam, Raja IV Kerajaan Siak (Lisyawati Nurcahyani dan Asnaini. Jalur- jalur Pelayaran dan Pengaruh Kedatangan Lima Opu Daeng Bersaudara di Tanah Melayu;63).

Untuk memperkuat ikatan antara Bugis dan Kerajaan Johor, Sultan Sulaiman dan lima Opu Daeng membuat perjanjian, isi perjanjian ini diantaranya adalah bahwa apabila lima Opu berhasil mengembalikan kekuasaan Sultan Sulaiman, maka Sultan Sulaiman dan keturunanyamenjadi Yang Dipertuan Besar/ Yam Tuan Besar/Raja dan salah satu dari Opu dan keturunannya menjadi Yang Dipertuan Muda/Yam Tuan Muda/ Perdana Menteri. Perjanjian ini disetujui oleh Sultan Sulaiman. 

Peperangan antara Raja Sulaiman bersama lima bangsawan Bugis dengan Raja Kecik berlangsung dari Pengujan (sekarang menjadi Desa Pengujan, Teluk Bintan, Kepulauan Riau), Pulau Bayan (sekarang menjadi bagian Tanjung Pinang, provinsi Kepulauan Riau), Pulau Penyengat (sekarang menjadi bagian dari Tanjung Pinang,provinsi Kepulauan Riau), dan Tanjung Bemban (sekarang menjadi bagian dari Batam, Provinsi Kepulauan Riau). Pasukan Bugis dipimpin oleh Daeng Marewa,to Allip, to Assa, Haji Sore, dan Daeng Menampok (Leonard Y Andaya. The Kingdom of Johor 1641-1728;292).  Setelah perang selama dua hari, benteng yang dibangun oleh Raja Kecik di Riau  hancur dan Raja Kecik kalah. Kemudian, Raja Kecik berlayar menuju Lingga. Di Lingga kembali diserbu kembali oleh pasukan bangsawan Bugis. 

Gunung Daik, Kab Daik Lingga, Prov. Kepulauan Riau.

Penyerbuan bangsawan Bugis ke Raja Kecik dan mundurnya Raja Kecik hingga Lingga, dituliskan pada Tuffat An Nafis, yang bunyinya; 

“ Dan Pulau Bayan pun dapat diamuk oleh Bugis-Bugis yang dari Tanjung Pinang itu. Maka Opu-Opu itu pun turun dari gurabnya, lalu mengusir Raja Kecik yang lari ke Pulau Penyengat itu. Syahdan apabila Raja Kecik melihat perahu-perahu Bugis menuju Pulau Penyengat, maka ia pun menarik layar lalu berlayarlah dengan dayung dayungnya menuju negeri Lingga” (Virginia Matheson (edt). Tuhfat Al Nafis, Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji;61).

Dalam Pertempuran antara Raja Kecik dan Bangsawan Bugis di Pulau Lingga. Bangsawan Bugis melakukan siasat. Pasukan Daeng Menambun dan Daeng Marewa menyerbu Lingga dan pasukan Daeng Perani, Daeng Marewa, dan Daeng Celak mundur perlahan lahan dan kembali ke Riau. Setelah mendengar kabar bahwa pasukan Bugis sudah berada di Riau, Raja Kecik keluar dari Lingga dan berlayar ke laut. Di atas kapal, Raja Kecik bermusyawarah dengan para petinggi kerajaan. Dialog antara Raja Kecik dan para bangsawan kerajaan di ceritakan dalam Tuffat An Nafis;

Baik mengikut ke Riau akan Opu-Opu itu atau baik ke Siak menambah pasukan?” ujar Raja Kecik

“Jikalau Tuanku ke Riau, Opu-Opu itu tentu akan dahulu masuk ke dalam Riau.  Apabila Tuanku melanggar dia jika dia sesak, tentu akan diamuknya anak isteri Tuanku. Apa gunanya lagi, meskipun kita menang sekalipun anak isteri kita sudah habis” ujar Menteri Kerajaan. (Virginia Matheson (edt). Tuhfat Al Nafis;66)

Mendengar nasihat dari pembesar Kerajaan, Raja Kecik pun memilih untuk berlayar kembali ke Siak dan mendirikan Kerajaan Siak.  Dalam Hikayat Siak kekalahan Raja Kecik di Lingga ini juga dituliskan dengan narasi yang  hampir sama. Narasi dalam Hikayat Siak adalah’

“Baik kita langgar atau kita baik kita amuk” tanya Raja Kecik. 

“Jikalau kita langgar, niscaya tidak dapat paduka adinda. Dan baiklah kita memberi surat kepada paduka adinda ke Riau, akan Duli Yang Dipertuan, naiklah ke Siak membuat negeri dahulu akan tempat duduk kita. Barang kita sudah tetap, barang mana titah Yang Dipertuan, patik Kerjakan” ujar Menteri Kerajaan. (Muhammad Yusoff Hashim. Hikayat Siak Legasi Tradisi Gemilang Kesultanan Melayu Islam;164).

Raja Kecik tidak bisa menyerbu Riau karena khawatir dengan Tengku Kamariah yang masih dalam tawanan dan  sedang hamil tiga bulan. Raja Kecik  memilih  berlayar ke Bukit Batu (sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis) kemudian ke Buantan dan mendirikan Kerajaan Siak. Raja Kecik meninggalkan sementara Tengku Kamariah di Riau. Raja Kecik dilengserkan sebagai Raja Johor dan digantikan oleh Sultan Sulaiman. 

Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Setelah berhasil mengusir Raja Kecik, lima bangsawan Bugis ini menjadi petinggi penting dari kerajaan Johor dan beberapa kerajaan di Pulau Kalimantan. Opu Daeng Menambun kelak menjadi Raja Mempawah bergelar Pangeran Emas Surya Negara, Opu Daeng Marewa menjadi Yam Tuan Muda Riau, Opu Daeng Cela’ menjadi Yam Tuan Muda Riau kedua, Opu Daeng Kemase menjadi Pangeran Mangkubumi di Sambas, dan Opu Daeng Perani memilih berada di Siantan (sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau) (Leonard Y Andaya. The Bugis Makassar Diaspora;127), Daeng Perani kemudian meninggal di Kedah saat berperang dengan Raja Kecik (Hamka. Sedjarah Islam di Sumatera;12)

Pada tahun 1722 (Timothy P. Barnard. Multiple Centres of Authority;103), di Buantan, bagian tengah sungai Siak. Raja Kecik mendirikan kerajaan Siak.

Saat membuka Buantan, Raja Kecik menyadari bahwa di daerah yang dibuka menjadi ibukota Kerajaan sudah ditempati  orang asli jauh sebelumnya. Raja Kecik bersama menterinya membuat kesepakatan mengenai hak dan pewarisan tanah pertanian sehingga orang asli tidak menaruh curiga. Kerajaan Siak yang didirikan oleh Raja Kecik mengakomodir keberagaman di seluruh wilayah Kerajaan Siak. 

Dibukanya Buantan sebagai ibukota Kerajaan Siak, dinarasikan dalam syair perang Siak pada stanza 52 dan 53 yang bunyinya

Stanza 52. Di Buantan dititahkan memuat negeri

Orang menebas sehari hari

Kayunya banyak akar dan duri

Tidaklah guna banyak berperi

Stanza 53. Hutan ditebas sudahlah terang

Rumah diatur seberang menyeberang

Negeri Buantan zaman sekarang

Ramainya bukan sebarang barang

(Donald J Goudie. Syair Perang Siak. Malaysian Branch of The Royal Asiatic Society.;92)

Buantan menjadi pusat perdagangan baru di pantai Timur Sumatera Timur pada saat itu. Raja Kecik memaksimalkan perdagangan antara Siak dan Malaka. Pedagang dari India dan Tionghoa datang berdagang di Buantan. Utusan VOC mulai masuk dan berbisnis dengan Raja Kecik. Ramainya Bandar Buantan dinarasikan dalam syair perang Siak pada stanza 62 hingga 64, 

Stanza 62 Ramainya negeri tidak terkira

Sesaklah lorong pekan pesara

Tidaklah lagi yang huru hara

Serta adil dengan bicara

Stanza 63 Lorong sampai kanan kiri

Tidaklah boleh meluluskan diri

Budak penjaja yang gahari

Banyaknya tidak lagi terperi

Stanza 64 Berapa kedai Keling dan Cina

Banyaknya tidak terpernama

Sekalian dagang ada disana

Berniaga sekalian mulia dan hina

Buantan menjadi pusat perdagangan baru di pantai Timur Sumatera Timur pada saat itu. Raja Kecik memaksimalkan perdagangan antara Siak dan Malaka. Pedagang dari India dan Tionghoa datang berdagang di Buantan. Utusan VOC mulai masuk dan berbisnis dengan Raja Kecik

Published by bayuwinata

travel blogger who love travel..

Leave a comment