“Jambo” dan Dedi

“Hallo, perkenalkan nama saya  Jambo”. Saya  adalah seekor anak gajah yang baru  berumur 5 tahun dengan berat 500 kg, Dapat di katakan sebagai putra daerah asli Gondai, Gondai  adalah sebuah kampung yang terletak di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Dahulu saya  memiliki kedua orang tua, Mereka adalah gajah liar yang sering terlihat di perkampungan ini. Namun,tiba tiba saja   mereka  pergi. Kedua nya tewas karena ulah manusia. Di racun. Dan sekarang saya adalah anak yatim dan piatu.

Saat mereka mati, perasaan saya hancur, berjalan tanpa arah dari satu kampung ke kampung. Melewati kebun karet, kebun kelapa sawit, dan hutan akasia. Dahulu, ibu   berkata  bahwa kami ini sudah di anggap sebagai hama. Saat itu, saya belum tau apa itu hama. Anggapan nya  hama itu sama seperti ilalang yang sering saya makan. Di dalam  perjalanan tersebut.  Penolakan dari masyarakat terus terjadi. Saya di usir. Puncak nya adalah ketika manusia menangkap  dan membawa saya  ke suatu tempat,. Saya mendengar perkataan “ gajah ini akan di jinakkan dan di jadikan anggota flying squad”. Inilah awal nya.

Saya berkenalan dengan manusia yang bernama Dedi, dia masih muda,berkaki dua, kecil dan memiliki berat badan yang ringan. Mereka berkata bahwa dia adalah seorang penunggang gajah yang di kenal dengan sebutan Mahot.  Dari yang pernah saya dengar, mahot itu berfungsi sebagai pagar terakhir pengusiran gajah setelah pengusiran manual tidak bisa lagi di lakukan, Arti nya ada kemungkinan besar saya akan berhadapan dengan saudara-saudara dan teman-teman,

Setiap pagi dan siang. Saya akan bertemu dengan Dedi. Dia sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri. Memandikan,memberikan makanan tambahan,mencarikan air saat musim kemarau, dan melatih adalah hal-hal  yang sering dia lakukan. Karena di ajari oleh Dedi,saya bisa melakukan berbagai keterampilan yang dahulu nya hal tersebut tidak mungkin di lakukan.  Saya di angon di daerah yang masih terdapat pakan walaupun terbatas. Angon itu adalah pelepasan gajah di alam terbuka. Walaupun di lepaskan, kaki kaki kami akan tetap di rantai dengan rantai kokoh yang terbuat dari baja.

Ada hari tertentu di mana nanti nya saya akan berjalan mengelilingi daerah tempat saya di angon. Kata Dedi ini adalah patroli, saat patroli nanti Dedi akan menaiki  badan saya . Patroli adalah hal yang saya senangi, karena nantinya  akan bertemu dengan abang Dono dan kakak Novi, kedua saudara angkat saya.  Kami akan berjalan selama beberapa jam untuk melihat kawasan yang kira kira masih bisa kami tempati, apakah di sana masih ada rumput, tegakan kayu dan tidak bersentuhan dengan kebun penduduk. Oh iya,  tentu saja mengawasi teman teman yang masih liar. Apakah mereka masuk atau tidak ke perkampungan penduduk.
Berdasarkan percakapan antara Dedi dan mahot yang lain, saya  mendengar bahwa jumlah saudara saudara saya tinggal 150 ekor saja. Dari dahulu nya sekitar 1000 an ekor. Saya tidak mengerti maksud mereka.  Apakah arti nya itu, namun yang saya tahu. Sebagian besar saudara saya sudah pergi. Mati.

Semua kegiatan yang di lakukan selalu bersama Dedi, saya pernah mendengar perkataan dari seorang Mahot, “ ideal nya untuk membentuk fling squad. Ada empat gajah dewasa. “ . Karena hanya ada Saya, Kak Dono dan Kak Novi. Saya rasa, akan ada kedatangan saudara baru di sini.

Sudah berjalan hampir satu tahun Dedi bersama saya, dari yang pernah saya dengar, bahwa masyarakat di desa Gondai ini, sudah mengerti  fungsi kami di sini. Saya senang, karena sudah tidak di musuhi lagi. Dalam hati saya selalu berdoa. Semoga manusia bisa hidup berdampingan bersama kami. Dan  kejadian yang menimpa saya tidak terulang kembali.

              Hello, allow me to introduce myself. My name is Jambo. I was a baby elephant who was only 5 years old with a weight of 500kg, you can say that, I am a native of Gondai, Gondai is a village located in Pelalawan Region in Riau Province, Indonesia. I used to have parent, they are wild elephants which often seen around the village. However, they are suddenly gone.They were poisoned by human. And now Iam an orphan.

When they died, my feeling is crushed;I walked aim lessly from one village to another, passing through rubber plantations, oil palm plantations, and acacia forest. My mother used to say that we are considered as pests by the human. At that time, Ido not know what it means. In my assumption, pests like weeds that  I often eat. Rejection from society continues to occur. I got kicked out until a human caught me and brought me to a place. I heard they said,”it will be tamed and made ​​members of the flyingsquad’. This was the beginning.

I became acquainted with a man named Dedi,he was young, two-legged, small and light-weight human. They say that he is an elephant rider, they are called Mahot. From what I’ve heard, they serve as the last  resort after manual expulsion of elephants can no longer be done, it means there is likely I will be dealing with relatives and  friends,

Every morning and afternoon, I will meet Dedi. I take him as my parent. He often takes me to bath, provides food, finds water during dry season, and trains me. Because of his training, I can perform a variety of skills that previously were not possible to bedone. I will be set free in open field where there is food although it’s limited. This process is called “Angon”,the release of elephants in the open field. Although in the release, ourfeet will always be bound with sturdy chains made ​​of steel.

There are certain days where I would walk around my Angon place. Dedi said this is called Patrol. While patrolling, Dedi will ride on my body. I love patrolling because I will meet my brother, Dono and my sister, Novi. We will walk around for several hours looking for area that we can still occupy; where there is still grass available, standing timber and not in close proximity with the village. Oh yeah, of course keep an eye on my friends who are still wild, whether they are entering the village or not.

Based on conversations between Dedi and an other mahot, I heard that now the number of my friends is 150 from approximately 1000 elephants in the past. I did not understand them but whatever it is all Iknow is most of my friends are gone.Dead.

All activities that I took, I always accompanied by Dedi, he said to the other Mahot, “The ideal number for flying squad is four adult elephants.”. As now it is only me, brother Dono and Sister Novi,I think there will be a new friend soon.

It has been almost a year now that I’m with Dedi. From what I’ve heard, people in Gondai start to understand the function of Flying Squad here. I’m very happy, because we’re not considered hostile any more. In my heart I always pray and hope that human can live side by sidewith us. And what had happened to me in the past does not happen again.

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Published by bayuwinata

travel blogger who love travel..

11 thoughts on ““Jambo” dan Dedi

  1. Halo, Jambo. Senang bisa kenalan sama kamu meskipun hanya dari foto.
    Semoga suatu saat nanti saya bisa ketemu kamu secara langsung yaaa 🙂

    Buat Bayu, terima kasih sudah menulis ini 🙂

      1. Serakah itu menurutku sudah cukup mewakili seluruh kejatuhan moral manusia, mas bayu 😦 gara gara serakah kia jadi gelap mata, akhirnya membunuh, membantai, korupsi, dlsb

Leave a comment